Blogger templates
- Back to Home »
- cerpen »
- [cerpen] Belenggu
Posted by : Obat Kondiloma Kutil Kelamin
Sunday, 27 November 2011
Sebuah cerita karya Renita
Widiastari
Belenggu
Malam tinggalah malam, malam tinggal aku sendiri, malam
sisakan sepi, malam yang sunyi..
Jika pena tergerai, tangis
belenggu itu datang kembali.
Aku dan sahabat ku, malam, hanya berdua bermalam di malam ini.
Aku dan sahabat ku, malam, hanya berdua bermalam di malam ini.
“Mau kau ku ceritakan
sesuatu?”
Ya mungkin saja ini bisa menjadi jawaban dari sebuah keadaan
antara aku dan sepi, sering kau bertanya kenapa aku tersungkur disudut ini.
Ya mungkin hanya kamu yang perduli, karena hanya kau dan aku yang tahu aku sendiri.
Ya mungkin hanya kamu yang perduli, karena hanya kau dan aku yang tahu aku sendiri.
***
Pagi itu…
Pagi yang tidak biasanya..
kudapati senyum-mu yang memudar.. entah apa entah siapa yang berjelaga di benak
mu.. Tak biasa, dengan senyum yang tak biasa, dengan sinar yang tak biasa,
dengan nada itu, nada yang tak biasa, sulit tuk menembus matamu.. kau membuat
segalanya sulit.. dinding itu, dinding yang kokoh, tebal dan dingin, menahan
tatap mataku yang berusaha mengartikan semua.
“Kenapa semuanya begitu
tertutup, enggankah kau berbagi?”
Teriaku lekat-lekat di
ruang sunyi yang tak pernah kau artikan sebagai peduli, kau.. kau.. dan kau..
terlalu tuli. Sekali lagi, aku tatap, namun kau hempaskan begatu saja, tidakah
kau tahu betapa tersiksanya aku melihatmu seperti ini, lebih –lebih dari dirimu
yang tersiksa akan masalahmu.
“Biar, tinggal-lah aku…”
Sunyi..
“Cepat tinggal !”
“Aku pergi…” jawab ku
lemah.. tidak pernah aku memaksakan inginku. Aku coba langkahkan kaki dan
membiarkanya sendiri, mencoba tak peduli. Pergi… pergi.. dan… tiba tiba aku
membalikan badan.. segera aku lari ke tempat dia kembali, ku rangkuh kesepian
jiwanya, ku coba pegang erat tangaanya, berusaha di tempat yang sama dalam
pikiranya, sulit.. namun tetap aku tembus batas itu…
Praaakk….
Teganya.. dia hempaskan
semua.. dia pergi dan tinggalkan semua, dari sana aku tak pernah mau peduli
lagi akan dia, dia yang buta hatinya, tertutup belenggu.
***
11
Juni 2009
Dear diary,
Aku
berkenalan dengan seseorang, disebuah
perhelatan akbar sekolah, acara tahunan pelepasan siswa-siswi tingkat akhir.
Zo, dia tak pernah menyebutkan namanya dengan lengkap, Zo ? apa zo? Tidak ada
makna tiada cerita.
Saat
itu tiba-tiba dia menghampiriku, berkata seolah-olah dia telah mengenalku.
Memang aku termasuk orang mudah dikenal, karena aku salah satu atlet yang
sering mengharumkan nama sekolah. Namun melihat dia saja tak pernah, apa selama
tiga tahun disini dia itu bisa menghilang, atau mungkin dia punya kekuatan
menyembunyikan diri, atau mungkin dia punya jubah Hary Potter ?
Namun
sungguh aku tertarik padanya, dirinya yang dingin dan penuh misteri, berbeda.
Halah
ya sudahlah..
Meski penuh misteri, coba saja kita jalani..
Meski penuh misteri, coba saja kita jalani..
n_n
***
28
Juli 2009
Dear diary,
Akhir
bulan ini, ada sesuatu yang membuatku kaget. Zo.. lagi dan lagi dia.. Pasti
dia.. dia yang setiap pagi menyimpan sekuntum bunga mawar di laci mejaku
,tanggal 28 setiap bulannya. Tapi kenapa? Kenapa tanpa sepatah katapun, tanpa
secarik kertaspun, dia meninggalkan bunga yang katanya lambang cinta. Apa dia
menyukaiku? Tapi tak pernah kudapati dia tersenyum untuk-ku bahkan jika kita
bertemu di kantin atau lorong kelas, dia hanya seperti patung yang dingin.
Kalo
kamu mempunyai perasaan yang lebih, kenapa tak coba untuk bilang, Zo?
***
25 September 2009
Dear diary,
Sudah
beberapa bulan berlalu, tingkah laku Zo tetap stabil, tidak menunjukan kemajuan
dan tidak juga kemunduran, namun semakin hari aku semakin penasaran, ah… apa aku intip saja dia? Beberapa hari
lagi tanggal 28, dia pasti akan menyimpan bunga di bawah bangku ku. Ya… Ya… pergi sekolah lebih pagi itu tidak
buruk sepertinya.. hhee
***
28
September 2009
Dear diary,
Diary..
aku takut, pagi ini aku sengaja datang lebih awal dari biasanya hanya untuk
melihat Zo dan kebiasaan tanggal 28 nya.
Aku
melihatnya, aku melihatnya, memang benar dia. Dia menggengam dua kuntum bunga
mawar pagi itu sebelum dia menaruhkan salah satu bunga di mejaku, dia berbicara
sendiri, dia meminta maaf, dia seperti meminta izin, tapi pada siapa? Tak ada
satu orang pun dikelas ku selain aku yang mengintipnya dbalik jendela.
Dia
cium satu bunga yang kemudian dia bawa kembali,
Karena
aku penasaran, pulang sekolah ku ikuti dia, ternyada Zo tidak langsung pulang
ke rumahnya, dia berjalan sendirian ke sebuah halte bus. Saat keadaan tidak
terlalu ramai. Zo duduk, dia kembali berbicara sendiri dan setelah dirasa
cukup, kembali dia cium bunga tersebut dan meninggalkanya di halte itu, halte
yang sudah tua dan tak terawat.
Sebenarnya
ada apa dengan Zo? Kenapa dia melakukan hal yang aneh?
***
3
November 2009
Dear diary,
Diary
ku…. Hari ini aku kembali mengikutinya,
hari ini dia kembali aneh.. dia membawa bunga mawar putih ke sebuah tempat yang
tidak biasanya, ke sebuah makam. Makam? Tempat peristirahatan terakhir
seseorang.. aku tak tahu makam siapa yang dia kunjungi.. aku tidak sempat
berfikir jernih, aku cepat-cepat lari karena takut, takut dia ternyata
seseorang yang terganggu jiwanya.
Tapi
semoga dia tidak begitu.
***
“Neu.. Aneu??”
Aku putarkan punggung ku
meninggalkan sejenak canda tawa bersama teman-teman saat makan siang.
“Bisa ngobrol sebentar?”
Aku tak memberikan jawaban,
mungkin karena sedikit shock, tak
percaya, Zo.. dia pergi meninggalkan meja tempatku duduk menuju suatu tempat,
aku segera mengikutiya.
Zo menggiringku ke suatu
tempat yang agak sepi.
“Ga usah panjang lebar..
kamu bisa lihat sendiri nanti malam.”
“Maksudnya?”
“Jam 19:30 di taman kota.. kalo kamu ga dateng mungkin kamu
akan menyesal .”
“Zo??”
Terlambat.. langkahnya
begitu cepat dan meninggalkanku dengan angin yang berbisikan kesunyian.
***
17:00 WIB
Aku bersiap, untuk sebuah acara rahasia, rambutku yang panjan dan agak ikal sengaja ku gerai. Ku berikan pemanis, sebuah jepit bintang berwarna keemasan berkelip-kelip di setengah sisi rambutku, sedikit polesan bedak warna natural, lip gloss bening, baju kemeja santai motif bunga-bunga, rok jeans selutut, stocking warna kulit, sepatu hitam hak tinggi yang mengkilap, tas tangan warna merah. Sudah semuanya.
Aku bersiap, untuk sebuah acara rahasia, rambutku yang panjan dan agak ikal sengaja ku gerai. Ku berikan pemanis, sebuah jepit bintang berwarna keemasan berkelip-kelip di setengah sisi rambutku, sedikit polesan bedak warna natural, lip gloss bening, baju kemeja santai motif bunga-bunga, rok jeans selutut, stocking warna kulit, sepatu hitam hak tinggi yang mengkilap, tas tangan warna merah. Sudah semuanya.
Tapi, apa ga terlalu
feminim?
Halah, waktu sudah menunjukan jam 18:00 WIB segera lepaskan semuanya, rok jeans? Jadi celana jeans panjang warna biru, sepatu hak hitam mengkilap? Jadi sepatu cats, kemeja bunga-bunga? Jadi kaos santai, tas tangan warna merah? Jadi sebuah tas selendang kecil. Ternyata waktu menujukan 19:00 WIB.
Halah, waktu sudah menunjukan jam 18:00 WIB segera lepaskan semuanya, rok jeans? Jadi celana jeans panjang warna biru, sepatu hak hitam mengkilap? Jadi sepatu cats, kemeja bunga-bunga? Jadi kaos santai, tas tangan warna merah? Jadi sebuah tas selendang kecil. Ternyata waktu menujukan 19:00 WIB.
“Maahh.. aku peri dulu ke
taman kota.. gakan pulang malem deh… Cuma pengen cari udara seger ko..”
Pidato kecilku mengantarkan
keterburu-buruan ini menuruni anak tangga menuju pintu utama yang agak jauh.
“Ga akan makan dulu?”
“Ga mah.. tar aja di
luar..”
Door… pintu tertutup..
“Oia.. lupa minta uang..”
Terpaksa deh balik lagi..
“Ada apa ane? Lupa minta
uang ya?”
“Hehe, lupa sun tangan ma
mamah, ya sekalian aja minta uang..”
Senyumku manja..
“Dasar kamu ya…”
“Makasih ya mah… sayang
mama,, muah…”
Aku berdiri dibawah lampu
kuning yang agak redup, berjaga tegap sambil sesekali melirik-lirik jam, apa Zo
lupa dengan janjinya, ah,, tidak mungkin orang sedingin dia tidak mungkin kerajinan
menipu seorang perempuan.
Benar saja, Zo datang dan
turun dari mobilnya, aku tak pernah tahu sebelumnya kalau dia punya mobil.
“Aneu….” Dia melambaikan
tangan padaku, kusambut dengan senyum.
“Maap nunggu lama, hayo
ikut..” Belum juga aku bilang yaa… aku maafkan, dia sudah memotong dan menarik
lenganku…
Sungguh penasaran… di hati
ini bagai genderang yang terus menerus menyerukan, “Deg.. deg.. deg… an…”
Dia membawaku ke sebuah
sudut kota.. sangat gelap sekali…
“Zo…?” tanyaku heran dan
cemas, takut terjadi apa-apa di jam 7 lewat sepuluh mala ini..
“Pejamkan mata.. !!!”
perintah zo.. tegas sekali. Ku pejamkan mata… dan tiba tiba kudengar sebuah
letusan, mau tidak mau aku membuka mataku karena kaget sekaligus penasaran,
segera setelah kubuka mataku tersajilah kembang api berluncuran menari-nari di
langit yang gelap… Indah sekali… satu persatu api buatan itu meluncur
mengeluarkan suaranya yang melengking, seketika mata ini terbelalak penuh
dengan kekaguman, bibir ini tersenyum manis menatap perpaduan bintang dan
hiasan yang biasa ada di bulan puasa itu, hah tak pernah ku duga sebelumnya
akan melihat hal seindah ini.
“Aneu..” Heuh…
ucapan itu membuyarkan konsentrasiku… Wajahku yang semula tertanggah melihat
langit segera menatap Zo… dan…
“Aneu, ini….” Zo memberikan
sekuntum bunga… tunggu… itu bunga yang biasa, berwana biasa, berbalut bungkus
biasa yang aku lihat di mejaku…
“Soal bunga ini, aku yang
menaruhnya, dan bukanga ada maksudnya.. aku menaruh bunga ini, karena aku suka
kamu..”
Hah…. Aduhhh malu banget
deh, saat itu wajahku terasa panas, mungkin karena menahan gugup dan malu yang
ada, aku hanya bisa menundukan wajah sambil jingjit-jingjit gaya cacing
kepanasan…
“Kamu mau kan jadi
pacar aku?”
***
“Bersambung ke Belenggu
part2”


Facebook Comments by
Media Blogger
like.. nunggu kisah selanjutnya..
ReplyDeleteokeh :D makasih udah dateng :D
ReplyDeletewow, mana ath lanjutannya Teh
ReplyDelete